Rabu, 18 Mei 2011

Outdoor Learning Kelas XI

Lima bus merah telah siap di depan gerbang SMAN 3 Malang bebarengan dengan kegiatan rapat pleno kelulusan siswa kelas XII. Sekitar pukul 08.00 WIB bis mulai bergerak mengantar para siswa kelas XI dan segenap guru pendamping untuk mengikuti kegiatan Pembelajaran Luar-ruangan (Outdoor Learning). Seluruh rombongan menuju ke arah Desa Sumber Porong Kecamatan Lawang yang terletak di ujung utara perbatasan Kabupaten Malang dengan Kabupaten Pasuruan. Subyek pertama yang menjadi wahana pembelajaran adalah Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Dr. Radjiman Wediodiningrat atau yang lebih dikenal dengan nama RSJ Sumber Porong. Di dalam areal RSJ, seluruh siswa kelas XI dan para pendamping langsung disuguhkan beberapa cluster/ruangan untuk memberikan terapi kepada pasien. 

Prosesi penerimaan observasi peserta diadakan di aula utama Rumah sakit yang berada tepat di depan lapangan tenis. Para Pejuang Bhawikarsu duduk dengan rapi di kursi lipat merah yang telah disediakan. Para penghuni RS tersebut cukup aktif untuk membantu menyiapkan kursi lipat tambahan bagi peserta observasi yang melebihi kapasitas aula tersebut. RSJ Dr.Rajiman Wediodiningrat didirikan pada tahun 1902 yang diserahkan pada Dinas kesehatan Tentara (Militaire Gezondheids Dienst). Lalu berubah nama menjadi RSJ Sumber Porong dan terakhir menjadi RSJ Dr. Rajiman Wediodiningrat (Sumber) dan penjelasan dilanjutkan mengenai beberapa hal teknis. 

Pemateri kedua, Bapak Zaenal Muttaqien sempat menyindir peserta observasi tentang penyakit jiwa dan sistem koordinasi. Dijelaskan bahwa orang yang sehat secara jiwa maka sistemnya koordinasinya bekerja dengan baik tetapi bila ada pemateri ngomong dan peserta ramai sendiri pasti sistem koordinasinya buruk dan berarti memiliki salah satu ciri dari penderita gangguan jiwa. Setelah itu beliau memberikan pengarahan bagaimana teknis observasi, dan larangan-larangannya. 

Setelah dibagi kelompok, para peserta langsung berpencar ke tempat observasi masing-masing. Dijelaskan pula bahwa ruang terapi untuk pasien dibedakan menurut jenis kelamin, jenis kasus dan usianya. Menurut petugas, penyakit jiwa lebih banyak disebebkan oleh tekanan mental dari lingkungan. Pada kesempatan itu pula dijelaskan bahwa saat ini seseorang dengan kelainan jiwa tidak boleh diberi sebutan (maaf) gila, melainkan Skizofrenia. Orang berpenyakit jiwa tidak bolah dijauhi, melainkan diberikan perhatian dan perawatan. 

Setelah kegiatan makan siang di dalam bus, menjelang pukul 12.00 WIB bus bergerak ke arah desa Ngembal Kabupaten Pasuruan menuju daerah agrowisata Bhakti Alam. Setelah berganti pakaian dengan pakaian olahraga, seluruh peserta secara bergantian diarak ke pendopo utama dengan kereta kelinci, kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan observasi ke kebun buah dan peternakan di Bhakti Alam. Pos pertama observasi adalah kebun Jambu Darsono dan dilanjutkan ke Pos hewan ternak sapi dan kuda. Pos ketiga adalah Pos pasteurisasi susu sapi, disini dijelaskan secara singkat bagaimana pengolahan susu sapi di Bhakti Alam dari susu mentah menjadi susu yang higienis, nikmat, murah dan siap minum. Setiap peserta diberi segelas susu gratis yang harus dihabiskan di tempat saat itu juga. Pos keempat adalah Pos Durian dan dilanjutkan ke pos terakhir yaitu Pos Melon yang dikembang-biakkan di Greenhouse dengan cara hidroponik. Di pos ini setiap peserta kembali diberi sepotong tester.

Hujan yang deras mengiringi perjalanan menuju pendopo dengan kereta kelinci yang mengambil jalur berputar-putar di area kebun buah. Sesampainya di pendopo, para peserta langsung dibagi per kelas untuk mengikuti Games dari para pengajar Bahasa Inggris. Menjelang waktu Maghrib seluruh peserta diantar pulang ke pintu gerbang Bhakti Alam, dan rombongan bus meninggalkan areal Bhakti Alam. Pada perjalanan pulang ini sempat terjadi sedikit "insiden", yaitu saat Bus no. 2 dan 5 salah jalan ke arah Pasuruan. Beruntung salah seorang pegawai Bhakti Alam yang akan pulang memberikan arahan jalan hingga kedua bus berhasil kembali ke Bumi Bhawikarsu mengikuti ketiga bus yang telah sampai terlebih dahulu. Namun insiden ini ternyata justru menjadi pengalaman berharga yang dinikmati para Pejuang Bhawikarsu. (abs/ editor: wsw)